Saturday, May 28, 2011

Angkot

Di suatu ketika saya pernah pulang ke kantor menggunakan fasilitas antar jemput kantor sampai ke lebak bulus dan sesampainya saya ke lebak bulus saya tinggal satu kali naik angkot alias angkutan kota menuju rumah saya. Naik angkutan umum adalah hal yang menyenangkan buat saya. Kenapa senang padahal kita harus berpanas-panasan disana dan terkadang harus sempit-sempitan? Tetapi terkadang kalau kita bisa menikmati situasi itu, kita bisa melihat banyak karakter dari manusia. Kadang kalau ada yang tingkahnya aneh suka bikin kita tertawa sendiri.

Karakter manusia itu sangat beragam. Didalam satu angkot itu kita bisa menemukan ibu-ibu yang kesibukan habis berbelanja dengan segala bawaannya. Dengan melihat satu hal itu saja kadang membuat kita bersyukur bahwa terkadang kalau kita sedang berbelanja dan membawa bawaan banyak kita tidak perlu naik kendaraan umum. Bersyukurlah kita bahwa Allah memberikan banyak nikmat kepada kita.

Ada juga ibu-ibu dengan seorang anak yang sedang makan dan anak tersebut makan dengan lahap seperti sedang memakan cilok. Untuk yang tidak tahu cilok, cilok adalah sejenis makanan yang terbuat dari aci dan kita memakannya dengan menggunakan bumbu kacang atau kecap. Tetapi untuk anak seusia 3-5 tahun saya rasa sangat rentan sekali lambungnya terutama untuk makan jajanan pasar yang kita juga tidak tahu benar bahan olahannya. Lagi-lagi saya bisa bersyukur bahwa saya mempunyai orangtua yang sewaktu saya kecil sangat memperhatikan gizi yang masuk ke dalam mulut saya sehingga saya bisa tumbuh menjadi wanita dewasa seperti ini.

Dan lama-lama penumpang tersebut pulang dan didalam angkot hanya tinggal saya dan supir. Kadang kalau saya di dalam angkot seperti itu saya takut bahwa supir tersebut akan muter balik sehingga saya harus berpindah angkot. Sepertinya supir angkot ini berpikiran berbeda tetapi malah sebaliknya dia mengabil jalur yang melawan arah supaya mendapat kesempatan untuk ngetem dan cari penumpang. Kadang kita melihat bahwa situasinya adalah satu angkot dan angkot lainnya kebut-kebutan supaya bisa mencari penumpang sebanyak-banyaknya. Tetapi ada yang mengagetkan disini. Disaat supir di angkot yang saya tumpangi melawan arah dan mencoba secepat mungkin ke tempat pemberhentian, ada angkot yang lainnya memberi jalan. Sungguh pemandangan yang langka sekali. Baik juga nih teman angkot yang lainnya.

Dan supir angkot ini juga berkata kepada saya, “Mbak,saya ngetem dulu ya biar dapat penumpang. Mbak ngga buru-buru kan?”

Saya hanya menjawab, “gak pa-pa kok.”

Saya mendapat pembelajaran di saat itu bahwa sesama supir angkot pun terkadang mereka saling membantu. Kayanya di Jakarta udah jarang sekali yan kita bisa melihat pemandangan seperti itu. Motto yang kita pelajari sejak menginjakkan kaki di sekolah dasar yaitu gotong royong dan saling membantu sepertinya sudah punah dan orang berlomba-lomba mendapatkan materi yang sebanyak-banyaknya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...